Archive for April 2011

AKU dan SAYA

Selama ini ada aku dan saya, aku bukanlah saya dan saya bukan aku. Saya adalah realitas dan emosi yang terbendung di dunia materi. Saya mungkin adalah siapa yang banyak dikenal orang, sedangkan aku lebih sulit dipahami, aku memiliki emosi yang terkadang bahkan hampir selalu tidak bisa saya jelaskan. Aku adalah sisi lain dari saya, aku lebih jujur walau terkadang kejujuran aku sulit untuk dipahami, aku bisa mengungkapkan suatu hal diluar dari apa yang saya ketahui tentang apa yang ada di dunia. Saya adalah aku yang sadar. Saat saya kehilangan pijakan pada kenyataan maka datanglah aku, terkadang aku membenci saya, sebab untuk menghadapi kenyataan saya terkadang memanfaatkan aku untuk lari dari segalanya. Di sisi lain saya juga sering mencemooh aku yang kerjanya hanya mimpi dengan membangun gambaran abstrak tentang masa lampau hingga masa depan seolah segalanya mudah bagi saya. Saya selalu berubah sedangkan aku adalah sisi pasti dari saya, aku lebih kuat dari saya, tapi saya terlalu sering mengalahkan aku karena saya itu nyata. Mungkin tak seorangpun mengenal aku, saya bahkan juga tidak begitu mengenal aku, namun aku tau jelas siapa saya. Tidak masalah untuk menjadi siapapun antara aku dan saya karena aku dan saya bagaikan tubuh dan roh yang jika dipisahkan hanya akan menyisakan hal tersulit yang disebut kematian.

Dear You...

Kau pasti lebih tinggi dariku...matamu pasti seperti mataku...tapi lebih kuat dan tajam, kau tidak pernah suka dengan musik yang ku putar...kalau aku bernyanyi pasti kau tutup telinga dan kunci kamar rapat-rapat. Kalau kau ada sekarang, pasti aku harus berbagi banyak hal denganmu, lalu kau akan ingatkan segala hal yang kulupa,,,jangan pikir aku sungguh akan damai jika kau ada..kau adalah sesuatu yang hilang sebelum kumiliki,,,kau pergi sebelum aku kenal dengan mu, aku rindu tanpa tahu siapa dirimu, ada baiknya juga kau tidak sempat hadir sebelumku karena dengan begitu aku yang memilih visualmu,,,kau bukan kekasih, kau adalah mimpi yang tidak akan pernah berwujud,...tapi kuharap kau hadir melalui  reinkarnasi, menghampiriku esok atau lusa dan berkata bahwa semalam kau bermimpi tentang gadis yang kau temui saat kau berjumpa denganku.Seandainya ada kau, aku tidak akan bangga menjadi anak tunggal selama 20 tahun....Brother...I wish I have you... :)

Alergi MODEM ???

Beberapa ahri yang lalu, saya berkenjung,mmm maksudnya berkonsultasi ke dokter di puskesmas. Keluhan saya adalah 'gatal-gatal', saya tidak mengerti prosedur di puskesmas tersebut, tapi sepertinya yang memeriksa saya bukan dokter, mungkin asisten atau apalah namanya.

Bukan dokter : gatal?
Saya              : iya (sambil memperlihatkan beberapa jejak gatal)
bukan dokter : jangan makan telur, ikan kering, sama bakso dulu (tanpa menoleh sedikitpun)
saya               :  perasaan sebelum diserang gatal saya jarang makan makanan itu, (bingung)
bukan dokter : Ambil obat di loket pengambilan obat, diminum 3x sehari (masih tidak menoleh)

Jadi begitulah, pernyataan saya tidak digubris. Sebenarnya berkunjung ke puskesmas memang bukan ide saya, maklum orang tua yang agak berlebihan. Akhirnya saya mendapat obat yang namanya 'Amoxylin' , (dikutip dari mediasehat.com, Amoxilin itu adalah nama dagang dari obat antibiotik golongan penisilin  sub golongan amoksisilin, yaitu amoksisilin trihidrat. Obat golongan ini  bekerja sebagai broad-spectrum,bisa untuk membunuh bakteri gram  positif dan negatif), seperti salmonella, shigella dan lainnya, untuk lengkapnya baca di buku mikrobiologi tentang jenis-jenis bakteri) sama satu bungkus tablet warna kuning yang sepertinya adalah CTM (obat gatal alergi yang biasa dijual dipasaran, efek sampingnya adalah menyebabkan kantuk, loh kok saya bisa tahu??iya dong, dulu mama sering minum sebagai pengganti pil tidur, mama adalah inspirasiku kecuali untuk yang satu ini ;P) dan sebungkus tablet warnah putih yang menurut dugaan saya adalah vitamin.

Sampai di rumah saya patuhi anjuran dokter, saya minum pil-pil sesuai aturan dan sepertinya efeknya bagus alias berhasil. Tidak ada garuk-garuk lagi (yeeeeee).

Beberapa hari kemudian yang tidak ada hubungannya dengan pil, puskesmas dan gatal, saya mengisi lagi pulsa kartu unlimited untuk internet selama dua minggu. Setelah di isi, tinggal didaftar, OK beres mari kita Online!!!

Satu menit berlalu, dua menit, lalu menit-menit berikutnya ikut berlalu yang muncul hanya "Problem Loading Page"
Lama kelamaan yang muncul bukan hanya itu, gatal yang sudah teratasi oleh kaplet Amoxylin kembali lagi,,tidak tau asalnya dari mana lalu menyebar kemana-mana. Tak tahu harus gimana selain garuk sana-sini.

Saya lalu ingat saat-saat awal mengalami gatal-gatal, saya tidak ingat pastinya kapan gatal itu muncul pertama kali, yang saya ingat hanya momen-momen saat gatal itu hadir.Sepertinya saya harus menunggu saat tepat untuk kembali ke puskesmas bertemu dokter dan berkata jujur bahwa saya, mmmm mungkin kesimpulannya tidak adil, tapi sepertinya setelah dipikir-pkir dan ditimbang timbang antara singnal operator dan modem saya akhirnya harus mengaku ALERGI MODEM, jadi saya salahkan MODEM genderuwoooo (gimana tidak, lancarnya cuma setelah lewat tengah malam, rrrrgggghhhhh GATALLLL)!!!

SALAH

mulut salah berucap
tangan salah meraba
mata salah melihat
segalanya salah
tapi salah itu bukanlah salah siapa-siapa
salah itu adalah salahku
salahku berarti milikku
ia tidak bisa lepas dariku
aku belajar karena salah
aku jatuh karena salah
lalu bangkit lagi karena salah
salah ternyata adalah aku
aku ingin menghindar dari salah
tapi aku selalu menyalahkan
menyalahkan terkadang mengundang salah
aku salah karena menyalahkan
semuanya kembali salah
lalu mari berhenti membicarakan salah
karena semua ini SALAH.

LAKKANG

(12 april 2011, Sebuah perjalanan bersama the cuekz, angga dan kidung)


Papan kayu yang kelihatan lapuk itu bergoyang tidak stabil di bawah pijakan  dan langkah demi langkah kaki kami, susunan kayu yang terapung nyaris berbentuk persegi serupa rakit dengan dudukan kayu di sisi kiri dan kanan itu terlentang di hadapan kami. Dengan hati-hati kami menapakkan kaki di atas perahu berbentuk nyaris persegi itu, sulit dipercaya papan-papan yang kelihatan tua dan rapuh ternyata bisa menopang delapan penumpang ditambah dua sepeda motor.
Suara mirip gemuruh kecil  sempat mengagetkan kami, suara itu tidak lain adalah suara mesin perahu. Tidak disangka alat transportasi dengan rupa yang sangat minimalis itu juga mengandalkan mesin sebagai alat pendorongnya untuk sampai ke tujuan. Akhirnya perahu yang kami tumpangi melaju di atas kelokan sungai Tallo yang tenang, Desa Kera-kera  tempat perahu tadinya bersandar menunggu kami perlahan menghilang dari pandangan. Angin dengan riang menerpa tubuh kami, dari kejauhan terlihat jejak keangkuhan kota mengepul dari pabrik industri, asapnya perlahan bergabung bersama awan kelabu yang menaungi kota Makassar sore itu.
Sejauh mata memandang, di segala sisi kami hanya melihat sungai dengan sejenis tanaman bakau di sisi kiri dan kanan , berjajar mantap seakan sengaja ditata untuk menjadi penanda batas jalur yang kami tempuh. Air sungai berwarna kecoklatan mengingatkan warna kopi susu encer. Awalnya cuaca amat bersahabat hingga perlahan tetes demi tetes air  berubah menjadi guyuran air langit, semakin lama semakin deras. Keadaan di atas perahu menjadi tidak stabil karena sedikit kebingungan dan kepanikan dari kami yang tidak siap bertemu hujan saat itu. Nahkoda mematikan mesin perahu, mencoba mengendalikan situasi dengan menawarkan mantel hujan, jadilah kami berteduh di bawah mantel hujan dengan agak dipaksakan. Mesin kembali dinyalakan , perjalanan pun dilanjutkan .Lama kelamaan lengan terasa letih menahan ujung mantel agar guyuran hujan tidak membuat kami basah. Akhirnya kami menempuh jalan damai, kami lepaskan mantel lalu menerima ajakan hujan untuk bercengkrama bersama menikmati sajian alam kota Makassar yang tidak setiap hari bisa kami nikmati. Menit-menit terakhir kami di bawah guyuran hujan adalah menit awal kami sampai ke tujuan.
Setelah berlayar sekitar 20 menit, perahu akhirnya berlabu di sebuah pulau di tengah sungai Tallo. Pulau itu adalah sebuah desa bernama Desa ‘Lakkang’. Sebelum kaki kami menapaki tanah Desa ‘Lakkang’, dari jauh di atas perahu kami saksikan desa itu seperti iklan komersil raksasa, dengan simbol-simbol brand ternama di sana-sini.  Jelas sekali sudah ada yang datang sebelum kami.
Kami lalu menelusuri desa mencari Bunker peninggalan Jepang yang menjadi tujuan utama kami, rencana riset kecil-kecilan untuk proyek kecil-kecilan. Hari semakin sore dan kami tidak mau menghabiskan waktu untuk mempelajari peta yang terpampang dekat pintu gerbang utama desa. Kami pun melangkah dengan yakin menyusuri desa, dengan sekali bertanya dengan penduduk lokal akhirnya bertemulah kami dengan warisan sejarah yang nyaris terlupakan itu. Di mulut bunker, kami sempat menatap penasaran ke dalam gua bunker yang gelap gulita. Sayangnya, hujan yang berisiko menjadikan tanah labil membuat kami mengurungkan niat untuk menjelajah Bunker.
Dari kejauhan terdengar suara riang anak-anak desa yang sedang bermain, mata kami akhirnya melihat pemandangan itu tidak jauh dari tempat kami berpijak saat itu. Kami kembali menjelajah desa, lalu berbincang dengan penduduk setempat. Kami berusaha mencari tahu siapa kira-kira yang bisa memberikan kami informasi lebih jauh tentang Bunker peninggalan Jepang tersebut.
Akhirnya kami bertemu dengan sekumpulan warga yang sedang bercengkrama sambil menyaksikan anak-anak desa bermain bola. Warga desa sangat ramah, kami menghampiri mereka dan bertanya sedikit tentang bunker. Seorang ibu bercerita bahwa banyak pejabat penting yang telah berkunjung ke desanya, ada juga seorang pensiunan tentara Jepang yang sempat berziarah ke bunker yang menjadi saksi bisu pendudukan bangsanya di masa lalu.Beberapa dari tamu-tamu yang mereka hormati itu berjanji untuk kembali, namun tak kunjung tiba.
Berdasarkan keterangan warga, orang yang menjadi saksi hidup mengenai kebaradaan bunker di masa silam telah 'berpulang' sehari sebelum kami tiba. Untungnya kami masih memiliki sedikit harapan, warga sempat memberi informasi tentang orang lain yang mungkin punya pengetahuan tentang bunker. Sayangnya, hari semakin sore dan nyaris gelap di bawah naungan cuaca mendung kala itu, kami harus segera kembali ke kota sebelum benar-benar gelap.
Kami akhirnya berbalik pulang, beberapa kepingan film tentang Lakkang telah tersimpan dalam memori kami, hanya sedikit memang, namun perjalanan belum berakhir (semoga). Masih banyak hal yang perlu kami ketahui dan pelajari tentang Lakkang, aset yang nyaris terabaikan.