Tanah Toraja: Sebuah Negeri Yang Hidup oleh Yang Mati


Hidup adalah waktu untuk mengumpulkan bekal menuju keabadian. Hidup adalah serangkaian persiapan menuju alam setelah kematian. Di sinilah di Tanah Toraja tanah nan eksotik dan subur sebuah negeri dimana yang mati tidak pernah berlalu, selamanya tetap ada, selaras harmonis bersama segala yang hidup. Kearifan lokal, alam yang eksotik, serta tradisi dan objek wisata yang unik membuat Tanah Toraja menjadi salah satu objek pariwisata yang wajib dikunjungi.

Rumah Adat Toraja 
Berjarak sekitar 10 jam perjalanan dengan menggunakan Bus dari Kota Makassar. Saat pertama kali memasuki kawasan Tanah Toraja, atmosfir budaya yang khas akan langsung terasa sebab hampir seluruh dekorasi rumah tinggal penduduk bahkan yang sudah berarsitektur modern tetap memiliki unsur khas Rumah Adat Toraja yang disebut Tongkonan.

Desember, adalah waktu yang sangat tepat untuk berkunjung ke Tanah Toraja. Pada bulan penghujun tahun tersebut, Pemerintah Kota Toraja mengadakan semacam bulan Wisata yang dinamai “Lovely Desember”. Kemeriaan berawal dari awal bulan dan mencapai puncaknya pada natal dan tahun baru. Pada saat itu jangan heran jika suara letupan kembang api tidak henti-hentinya menggemuruh memeriahkan pesta rakyat yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya.



Jangan Lewatkan Tradisi Rambu Solo
Selain itu, akan ada prosesi Rambu Solo atau upacara tepatnya pesta kematian yang merupakan tradisi masyarakat Toraja untuk “mengantar” jiwa yang raganya telah mati menuju alam keabadian. Dalam prosesi ini kita dapat menyaksikan ratusan kerbau untuk dikorbankan kemudian dagingnya akan dibagi ke masyarakat sekitar. 


Arena Upacara Rambu Solo

Kita juga akan menjumpai dekorasi dan panggung serta area upacara selama prosesi yang tidak pernah terbayang dikepala kita untuk sebuah upacara kematian. 
Jika beruntung dalam prosesi tersebut Anda bisa berkenalan dengan Tedong Bonga  atau yang saya sebut kerbau albino bertotol yang konon hanya dapat hidup di Tanah Toraja.



Tedong Bonga
Mama Ani, seorang penduduk asli Tanah Toraja mengungkapkan bahwa kebiasaan dan tradisi yang mereka lakukan bukan hanya sekadar untuk foya-foya dan mempertahankan atau menaikkan kelas sosial.

“Kami beruntung diwariskan tradisi  ini, dan kami wajib melestarikannya” ungkap Mama Ani


Ia menambahkan bahwa prosesi tersebut merupakan ajang berbagi  dan reuni keluarga. Sebab dalam prosesi tersebut seluruh keluarga almarhum akan berkumpul dan berpesta bersama.

Dari perbincangan bersama Mama Ani, dapat dipetik suatu kearifan lokal berupa kecintaan dan rasa tanggung jawab  untuk mempertahankan warisan budaya serta memelihara kebersamaan. Jika hal ini dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai suku bangsa dengan keragaman budaya dan tradisi masing-masing maka, kita akan menjadi Bangsa yang kaya, kuat dan tentunya akan dipandang oleh dunia.

Kunjungi Objek Wisata Yang Unik: Lando, Kete Kesu hingga Batutumoga

Gua tempat menyimpan jenaza yang disebut "liang" di Lando
Untuk menikmati seluruh unsur budaya dan pariwisata di tanah Toraja, sebaiknya berkunjung beberapa hari menjelang natal dan rasakan suasana pergantian tahun yang berbeda. Anda bisa mengisi waktu dengan mengunjungi beberapa tempat wisata. Salah satu yang wajib dikunjungi adalah Lando, di tempat ini Anda akan menyaksikan “Liang” yang merupakan gua tempat menyimpan sementara jenazah hingga keluarganya mampu melaksanakan Prosesi Rambu Solo untuk selanjutnya dipindahkan kuburannya ke tempat yang lebih layak, tergantung kemampuan keluarga. Ada yang akan ditempatkan pada kuburan yang nyaris seperti rumah yang diisi satu jenazah yang disebut Patane.

Pasangan tengkorak yang konon semasa hidup keduanya adalah sepasang kekasih 

Selain itu, Anda juga bisa mengunjungi Kete Kesu, di tempat ini Anda akan melihat  rumah Adat Asli penduduk Toraja “Tongkonan” lengkap dengan lumbung padi khas Toraja yang disebut “Alang”. Semuanya memiliki ciri yang unik dan tentunya khas Toraja. Jangan lupa berbincang dengan masyarakat sekitar, dengan begitu Anda dapat menambah wawasan mengenai kearifan lokal masyarakat Toraja yang sayang jika disia-siakan apalagi diacukan.

Kuburan Batu yang bisa ditemui di sepanjang perjalanan
menuju Batu Tumonga
Jika Anda memiliki jiwa petualang yang tinggi dan tidak gentar dengan medan yang berat maka, mengunjungi Batutumonga adalah salah satu hal wajib yang perlu Anda lakukan saat berkunjung ke Toraja. Perjalanan yang berkelok dan tidak mulus menuju puncak, tidak akan sia-sia dengan pemandangan yang menawan serta hal-hal unik yang bisa Anda temui sepanjang perjalanan seperti kuburan batu, perkampungan tradisional.

Kursi peninggalan seseorang yang jenazah nya dikubur
di kuburan Batu
Tidak jarang disekitar kuburan batu, Anda akan menemukan barang-barang berharga yang masih layak pakai seolah ditelantarkan. Kebanyakan barang-barang tersebut sesungguhnya  merupakan barang kesayangan orang-orang yang telah mati. 

Tentunya betapapun berharganya barang-barang tersebut, tidak ada yang berani merusak apalagi mencuri. Bukan karena takut, melainkan adanya penghargaan yang tinggi terhadap kepercayaan yang penduduk anut.


Pada puncak perjalanan, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan hamparan tanah hijau berselimutkan awan putih yang lembut dengan sedikit percik emas dari sinar matahari seolah Anda mengintip dari balik langit. Menikmati pemandangan tersebut dari warung kopi kecil di tepi tebing dengan menyuruput secangkir Kopi Toraja yang wangi dan khas akan mendatangkan sensai relaksasi yang luar biasa.

Batutumonga


Saksikan Upacara Menghidupkan Mayat
Jika belum puas, Anda bisa melawan logika dan menguji nyali Anda dengan menyaksikan upacara Ma’nene’.Sebuah upacara yang mungkin tidak akan pernah Anda temui sejenisnya di belahan bumi manapun.

Ma’ Nene’ adalah semacam upacara menghidupkan mayat dengan diiringi mantra rahasia dan hanya bisa dibawakan oleh orang-orang tertentu. Namun, untuk betul-betul menyaksikan Ma’nene’ dibutuhkan keberuntungan karena upacara ini hanya dilaksanakan untuk perihal-perihal tertentu saja. Jadi, Anda percaya mayat bisa dihidupkan dan berjalan kembali layaknya zombie yang hanya kita temui difilm horror?Buktikan di Tanah Toraja, dimana hidup berputar karena raga yang telah mati.






Leaving Neverland

I love Neverland...but I'll grow up tomorrow..


Sepuluh tahun silam mungkin kisah Peter Pan hanya menjadi sekadar dongeng biasa bagi saya..sebatas kisah petualangan  menyenangkan mengalahkan bajak laut. Namun saat  ini dan entah sejak kapan kisah Peter Pan berarti lebih dari sekadar kisah petualangan.

Sekarang saya mulai sedikit merasakan bagaimana perasaan Wendy kala tiba saatnya ia harus meninggalkan Neverland (not about Peter). Saat meninggalkan neverland Wendy kehilangan kesempatan menikmati countless joy selama hidupnya, lalu menghadapi dunia yang berisi jutaan kemungkinan namun tidak menjanjikan apapun. Bagi Wendy happiness is more than coutntless joy....dan untuk menemukan itu, we need to take a risk by growing up...


Besok, 8 Maret 2012 tepat 21 tahun  menghirup udara dunia..mungkin sudah waktunya juga meninggalkan Neverland..because I'll definitly grow up tomorrow...hmm

Kembali

Berjalan adalah untuk kembali ke tempat dimana takdir diletakkan...
jejak adalah pasti....hal yang harus kita tinggal di belakang,
namun tidak ada yang tahu jalan...
kadang langkah membawa kita menginjak kembali jejak yang telah terlewati
itulah perjalanan...bukan kegagalan atau kesalahan
karena kita akan kembali...

langit timur

Katanya hidup panjang...yah memang tidak perlu terburu-buru dalam hidup, tidak perlu berhenti juga, cukup sekali-kali pelankan langkah sedikit  untuk sekadar meyakinkan indera bahwa matahari masih memimpin tatasurya  :)

Add caption

Sore di Negeri Anging Mammiri