Tanah Toraja: Sebuah Negeri Yang Hidup oleh Yang Mati
by Pyxis
Hidup adalah waktu
untuk mengumpulkan bekal menuju keabadian. Hidup adalah serangkaian persiapan
menuju alam setelah kematian. Di sinilah di Tanah Toraja tanah nan eksotik dan
subur sebuah negeri dimana yang mati tidak pernah berlalu, selamanya tetap ada, selaras
harmonis bersama segala yang hidup. Kearifan lokal, alam yang eksotik, serta tradisi
dan objek wisata yang unik membuat Tanah Toraja menjadi salah satu objek
pariwisata yang wajib dikunjungi.
Rumah Adat Toraja |
Desember, adalah waktu yang sangat tepat untuk berkunjung ke
Tanah Toraja. Pada bulan penghujun tahun tersebut, Pemerintah Kota Toraja
mengadakan semacam bulan Wisata yang dinamai “Lovely Desember”.
Kemeriaan berawal dari awal bulan dan mencapai puncaknya pada natal dan tahun
baru. Pada saat itu jangan heran jika suara letupan kembang api tidak
henti-hentinya menggemuruh memeriahkan pesta rakyat yang ditunggu-tunggu setiap
tahunnya.
Jangan Lewatkan Tradisi
Rambu Solo
Selain itu, akan ada prosesi Rambu Solo atau upacara tepatnya
pesta kematian yang merupakan tradisi masyarakat Toraja untuk “mengantar” jiwa
yang raganya telah mati menuju alam keabadian. Dalam prosesi ini kita dapat
menyaksikan ratusan kerbau untuk dikorbankan kemudian dagingnya akan dibagi ke
masyarakat sekitar.
Arena Upacara Rambu Solo |
Kita juga akan menjumpai dekorasi dan panggung serta area
upacara selama prosesi yang tidak pernah terbayang dikepala kita untuk sebuah
upacara kematian.
Jika beruntung dalam prosesi tersebut Anda bisa berkenalan
dengan Tedong Bonga atau yang saya sebut
kerbau albino bertotol yang konon hanya dapat hidup di Tanah Toraja.
Tedong Bonga |
Mama Ani, seorang penduduk asli Tanah Toraja mengungkapkan
bahwa kebiasaan dan tradisi yang mereka lakukan bukan hanya sekadar untuk
foya-foya dan mempertahankan atau menaikkan kelas sosial.
“Kami beruntung diwariskan tradisi ini, dan kami wajib melestarikannya” ungkap
Mama Ani
Ia menambahkan bahwa prosesi tersebut merupakan ajang
berbagi dan reuni keluarga. Sebab dalam
prosesi tersebut seluruh keluarga almarhum akan berkumpul dan berpesta bersama.
Dari perbincangan bersama Mama Ani, dapat dipetik suatu
kearifan lokal berupa kecintaan dan rasa tanggung jawab untuk mempertahankan warisan budaya serta
memelihara kebersamaan. Jika hal ini dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia
dari berbagai suku bangsa dengan keragaman budaya dan tradisi masing-masing
maka, kita akan menjadi Bangsa yang kaya, kuat dan tentunya akan dipandang oleh
dunia.
Kunjungi Objek Wisata
Yang Unik: Lando, Kete Kesu hingga Batutumoga
Gua tempat menyimpan jenaza yang disebut "liang" di Lando |
Untuk menikmati seluruh unsur budaya dan pariwisata di tanah
Toraja, sebaiknya berkunjung beberapa hari menjelang natal dan rasakan suasana
pergantian tahun yang berbeda. Anda bisa mengisi waktu dengan mengunjungi
beberapa tempat wisata. Salah satu yang wajib dikunjungi adalah Lando, di
tempat ini Anda akan menyaksikan “Liang”
yang merupakan gua tempat menyimpan sementara jenazah hingga keluarganya mampu
melaksanakan Prosesi Rambu Solo untuk selanjutnya dipindahkan kuburannya ke
tempat yang lebih layak, tergantung kemampuan keluarga. Ada yang akan
ditempatkan pada kuburan yang nyaris seperti rumah yang diisi satu jenazah yang
disebut Patane.
Pasangan tengkorak yang konon semasa hidup keduanya adalah sepasang kekasih |
Selain itu, Anda juga bisa mengunjungi Kete Kesu, di tempat
ini Anda akan melihat rumah Adat Asli
penduduk Toraja “Tongkonan” lengkap
dengan lumbung padi khas Toraja yang disebut “Alang”. Semuanya memiliki ciri yang unik dan tentunya khas Toraja.
Jangan lupa berbincang dengan masyarakat sekitar, dengan begitu Anda dapat
menambah wawasan mengenai kearifan lokal masyarakat Toraja yang sayang jika
disia-siakan apalagi diacukan.
Kuburan Batu yang bisa ditemui di sepanjang perjalanan menuju Batu Tumonga |
Jika Anda memiliki jiwa petualang yang tinggi dan tidak
gentar dengan medan yang berat maka, mengunjungi Batutumonga adalah salah satu
hal wajib yang perlu Anda lakukan saat berkunjung ke Toraja. Perjalanan yang
berkelok dan tidak mulus menuju puncak, tidak akan sia-sia dengan pemandangan
yang menawan serta hal-hal unik yang bisa Anda temui sepanjang perjalanan
seperti kuburan batu, perkampungan tradisional.
Kursi peninggalan seseorang yang jenazah nya dikubur di kuburan Batu |
Tidak jarang disekitar kuburan batu, Anda akan menemukan
barang-barang berharga yang masih layak pakai seolah ditelantarkan. Kebanyakan
barang-barang tersebut sesungguhnya merupakan
barang kesayangan orang-orang yang telah mati.
Tentunya betapapun berharganya
barang-barang tersebut, tidak ada yang berani merusak apalagi mencuri. Bukan
karena takut, melainkan adanya penghargaan yang tinggi terhadap kepercayaan
yang penduduk anut.
Pada puncak perjalanan, Anda akan disuguhkan dengan
pemandangan hamparan tanah hijau berselimutkan awan putih yang lembut dengan
sedikit percik emas dari sinar matahari seolah Anda mengintip dari balik langit.
Menikmati pemandangan tersebut dari warung kopi kecil di tepi tebing dengan
menyuruput secangkir Kopi Toraja
yang wangi dan khas akan mendatangkan sensai relaksasi yang luar biasa.
Batutumonga |
Saksikan Upacara
Menghidupkan Mayat
Jika belum puas, Anda
bisa melawan logika dan menguji nyali Anda dengan menyaksikan upacara Ma’nene’.Sebuah upacara yang mungkin tidak
akan pernah Anda temui sejenisnya di belahan bumi manapun.
Ma’ Nene’ adalah semacam upacara menghidupkan mayat dengan
diiringi mantra rahasia dan hanya bisa dibawakan oleh orang-orang tertentu.
Namun, untuk betul-betul menyaksikan Ma’nene’ dibutuhkan keberuntungan karena
upacara ini hanya dilaksanakan untuk perihal-perihal tertentu saja. Jadi, Anda
percaya mayat bisa dihidupkan dan berjalan kembali layaknya zombie yang hanya
kita temui difilm horror?Buktikan di Tanah Toraja, dimana hidup berputar karena raga yang telah mati.
suka sekali tulisanx, cuman minta tolong diralat mb' encenk... bukan lando, tapi londa...!
ReplyDelete